BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Imperialisme ialah sebuah kebijakan di mana sebuah negara besar dapat memegang
kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa
dipelihara atau berkembang. Sebuah contoh imperialisme terjadi saat
negara-negara itu menaklukkan atau menempati tanah-tanah itu.
Perkataan Imperialisme muncul pertama kali Inggris pada akhir abad XIX. Disraeli, perdana menteri Inggris, ketika itu menjelmakan politik yang ditujukan pada perluasan kerajaan Inggris hingga suatu "impire" yang
meliputi seluruh dunia. Politik Disraeli ini mendapat opisisi yang kuat.
Golongan oposisi takut kalau-kjjbnjalau politik Disraeli itu akan menimbulkan
krisis-krisis internasional. Karena itu mereka menghendaki pemusatan perhatian
pemerintah pada pembangunan dalam negeri dari pada berkecipuhan dalam sola-soal
luar negeri. Golongan oposisi ini disebut golongan " !"
dan golongan Disraeli (Joseph
Chamberlain, Cecil
Rhodes)
disebut golongan "Empire" atau golongan
"Imperialisme". Timbulnya perkataan imperialis atau imperialisme,
mula-mula hanya untuk membeda-bedakan golangan Disraeli dari golongan
oposisinya, kemudian mendapat isi lain hingga mengandung arti seperti yang kita
kenal sekarang.
Perkataan imperialisme berasal dari kata Latin "imperare"
yang artinya "memerintah". Hak untuk memerintah (imperare)
disebut "imperium". Orang yang diberi hak itu (diberi
imperium) disebut "imperator". Yang lazimnya diberi imperium
itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun raja disebut imperator dan
kerajaannya (ialah daerah dimana imperiumnya berlaku) disebut imperium.
Pada zaman dahulu kebesaran seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka
raja suatu negara ingin selalu memperluas kerajaannya dengan merebut
negara-negara lain. Tindakan raja inilah yang disebut imperialisme oleh
orang-orang sekarang, dan kemudian ditambah dengan pengertian-pengertian lain
hingga perkataan imperialisme mendapat arti-kata yang kita kenal sekarang ini.
B. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penyusun
menggunakan metode studi kepustakaan, yaitu dengan memperoleh materi dan
mempelajari buku-buku referensi dan informasi dari media elektronik (internet)
yang terkait dengan permasalahn keamanan dan ketertiban masyarakat.
C. Sistematika Penulisan
Pada penyusunan makalah ini, adapun
sistematis penulisan ini terdiri dari III Bab yang tersusun secara sistematika
yaitu: bab I (Pendahuluan, yang berisi ; latar belakang, metode penulisan,
sistematika penulisan ),bab II (pembahasan), dan bab III ( penutup, berisi ;
kesimpulan dan saran ).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Imperialisme
Perkataan
imperialisme berasal dari kata Latin "imperare" yang artinya
"memerintah". Hak untuk memerintah (imperare) disebut "imperium".
Orang yang diberi hak itu (diberi imperium) disebut "imperator".
Yang lazimnya diberi imperium itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun
raja disebut imperator dan kerajaannya (ialah daerah dimana imperiumnya
berlaku) disebut imperium. Pada zaman dahulu kebesaran seorang raja
diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu negara ingin selalu memperluas
kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan raja inilah yang
disebut imperialisme oleh orang-orang sekarang, dan kemudian ditambah dengan
pengertian-pengertian lain hingga perkataan imperialisme mendapat arti-kata
yang kita kenal sekarang ini.
Jadi Imperialisme ialah sebuah kebijakan di mana sebuah negara besar dapat memegang
kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa
dipelihara atau berkembang. Sebuah contoh imperialisme terjadi saat
negara-negara itu menaklukkan atau menempati tanah-tanah itu.
Imperialisme juga merupakan politik untuk menguasai
(dengan paksaan) seluruh dunia untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai
imperiumnya. "Menguasai" disini tidak perlu berarti merebut
dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan kekuatan ekonomi, kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan.
Aspek yang menyebabkan lahirnya
imperialisme.
1. Keinginan untuk
menjadi bangsa yang terbesar di seluruh dunia.
2. Perasaan sebagai
bangsa yang istimewa di dunia (racial superiority).
3. Hasrat menyebarkan
agama atau ideologi.
4. Letak suatu negara
yang secara geografis dianggap menguntungkan.
5.Sebab-sebab ekonomi
seperti keinginan mendapatkan kekayaan, ingin ikut dalam perdagangan dunia,
ingin menguasai perdagangan, dan menjamin suburnya industri.
B.
Macam
Imperialisme
Lazimnya
imperialisme dibagi menjadi dua:
1. Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism). Inti
dari imperialisme kuno adalah semboyan gold, gospel, and glory
(kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan). Suatu negara merebut negara lain
untuk menyebarkan agama, mendapatkan kekayaan dan menambah kejayaannya.
Imperialisme ini berlangsung sebelum revolusi industri dan dipelopori oleh
Spanyol dan Portugal.
2. Imperialisme Modern (Modern Imperialism). Inti
dari imperialisme modern ialah kemajuan ekonomi. Imperialisme modern timbul sesudah revolusi industri. Industri besar-besaran (akibat revolusi industri)
membutuhkan bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas. Mereka mencari
jajahan untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil
industri, kemudian juga sebgai tempat penanaman modal bagi kapital surplus
Jika
mendasarkan pendangan kita pada sektor apa yang ingin direbut si imperialis,
maka kita akan mendapatkan pembagian macam imperialisme yang lain, yaitu:
a.
Imperialisme
politik
Imperialisme
politik. Imperialisme
hendak mengusai segala-galanya dari suatu negara lain.
Negara yang direbutnya itu merupakan jajahan dalam arti yang sesungguhnya.
Bentuk imperialisme politik ini tidak umum ditemui di zaman modern karena pada
zaman modern paham nasionalisme sudah berkembang. Imperialisme politik ini
biasanya bersembunyi dalam bentuk protectorate dan mandate.
Pada
tanggal 4 November 1964, rezim diktator Shah atas saran Amerika mengasingkan
Imam Khomeiniarsitek revolusi ke Turki. Eempat belas tahun berikutnya, di hari
yang sama, 4 November 1978, sekelompok besar siswa dan mahasiswa revolusioner
Iran dibunuhi oleh rezim Shah di depan Universitas Teheran. Pada akhirnya, pada
tanggal 4 November 1979, Kedutaan Besar Amerika di Teheran yang disebut sarang
intelijen Amerika dikuasai oleh para mahasiswa dan dengan demikian, 25 tahun
dominasi Amerika di Irantelah berakhir untuk selamanya.Parlemen rakyat
menamakan hari itu sebagai Hari Nasional Perlawanan Anti Imperialis. Karena
melihat ketiga peristiwa tadi ada konotasinya dengan Amerika.
Poin penting dari penamaan Hari Nasional Perlawanan Anti Imperialis adalah kaitan ketiganya dalam koridor terbentuknya Revolusi Islam Iran. Tiga peristiwa yang terjadi pada tanggal yang sama, 4 November membuktikan satu kenyataan bahwa perlawanan rakyat Iran demi kemenangan Revolusi Islam tidak dapat dibatasi hanya beberapa bulan sebelum Revolusi Islam, namun punya akar sejarah lebih kurang 150 tahun lalu.
Poin penting dari penamaan Hari Nasional Perlawanan Anti Imperialis adalah kaitan ketiganya dalam koridor terbentuknya Revolusi Islam Iran. Tiga peristiwa yang terjadi pada tanggal yang sama, 4 November membuktikan satu kenyataan bahwa perlawanan rakyat Iran demi kemenangan Revolusi Islam tidak dapat dibatasi hanya beberapa bulan sebelum Revolusi Islam, namun punya akar sejarah lebih kurang 150 tahun lalu.
Setelah
Perang Dunia II, kehadIran orang-orang Amerika di Iran semakin luas. Para
pejabat tinggi Amerika dengan merancang dan melaksanakan kudeta anti
pemerintahan nasionalis Doktor Mosaddegh pada bulan Agustus 1953 dan
mengembalikan Shah ke kursi kekuasaaan, Amerika berhasil mengokohkan posisinya
di Iran dan setelah itu, ribuan pakar Amerika di bidang ekonomi dan militer
datang ke Iran. Semua ini menjadi kendala besar terwujudnya harapan bangsa Iran
untuk lebih berkembang dan maju.
Ketika
John F. Kennedy di awal dekade 1960 menjadi Presiden Amerika, demi mengokohkan
posisi dan menjamin keamanan warganya, para pemodal dan perusahaan-perusahaan
Amerika di Iran para pejabat Amerika pada bulan oktober 1964 memaksakan
perjanjian memalukan Kapitulasi terhadap rakyat Iran.Bberdasarkan perjanjian
Kapitulasi, semua penasehat Amerika di semua jabatan baik politik, maupun
militer memiliki kekebalan politik dan peradilan di Iran. Imam
Khomeinimerupakan sosok ulama pertama yang memprotes keras perjanjian ini
karena menyadari dampak-dampak merugikan perjanjian Kapitulasi pada tanggal 26
Oktober 1964. Beliau membongkar tujuan-tujuan ekspansif Amerika di Iran dan
menamakannya sebagai bukti perbudakan rakyat Iran sekaligus mengajak rakyat
Iran menentang perjanjian tersebut.
Protes
Imam Khomeiniterhadap kontrak Kapitulasi, merupakan reaksi pertama terhadap
intervensi Amerika yang kian hari kian bertambah di Iran yang menyebabkan
beliau diasingkan dari Iran pada tanggal 4 November 1964. Sekalipun pengasingan
itu berhasil memisahkan perjuangan rakyat Iran dengan pemimpin revolusi, namun
Imam Khomeiniselama 15 tahun masa pengasingannya tetap menjabarkan ideologi
Revolusi Islam. Imam Khomeinisendiri memimpin perlawanan terhadap kekuatan
imperialis dunia baik di dalam maupun di luar negeri. Perlawanan tak kenal
lelah Imam Khomeinimembuahkan hasil kemenangan Revolusi Islam Iran pada bulan
Februari 1979. Kemenangan Revolusi Islam melahirkan sebuah fenomena unik dalam
sistem politik internasional. Sebuah sistem politik yang berlandaskan agama
lahir ke dunia.
Di
tengah-tengah memuncaknya perlawanan rakyat Iran, pada tanggal 4 November 1978
ribuan pelajar dan mahasiswa melakukan unjuk rasa di tehran sebagai bentuk
protes atas kediktatoran rezim Pahlevi dan intervensi Amerika di Iran.
Demonstrasi mereka direaksi keras oleh petugas keamanan rezim Pahlevi yang
mengakibatkan sejumlah siswa tewas tertembak. Sejak saat itu, tanggal 4
November juga disebut Hari Pelajar Nasional Iran. setiap tahunnya para pelajar
di seluruh Iran melakukan unjuk rasa memperingati peristiwa 4 November 1978
sambil menyatakan kebencian atas politik imperislisme di dunia.
Pendudukan Kedutaan Besar Amerika di Tehran yang dikenal sebagai sarang intelijen Amerika ini oleh sekelompok mahasiswa revolusioner dapat disebut peristiwa monumental dalam sejarah Revolusi Islam. Pendudukan sarang mata-mata Amerika itu terjadi pada tanggal 4 November 1979. Pendudukan Kedubes Amerika oleh para mahasiswa sejatinya bukti kemarahan rakyat Iran atas intervensi Amerika yang telah dimulai sejak Perang Dunia II. Berdasarkan bukti-bukti yang telah dipublikasikan, Tehran menjadi pusat intelijen terbesar Amerika di Timur Tengah sekaligus pusat konspirasi anti Revolusi Islam. Dengan dasar ini pendudukan Kedubes Amerika bukan aksi penyerangan atas sebuah kedutaan asing, tapi langkah legal rakyat Iran dalam koridor mempertahankan negaranya. Aksi pendudukan itu sejatinya mengakhiri kehadiran dan konspirasi Amerika di Iran. Karena perlawanan rakyat Iran senantiasa anti penindasan di dalam negeri dan penjajahan di luar negeri. Tumbangnya rezim Pahlevi di bulan Februari 1979, lembaran penindasan di dalam negeri Iran telah ditutup untuk selamanya. Kehadiran Amerika di Iran juga harus diakhir sehingga citra perlawanan rakyat Iran dapat direalisasikan.
Pendudukan Kedutaan Besar Amerika di Tehran yang dikenal sebagai sarang intelijen Amerika ini oleh sekelompok mahasiswa revolusioner dapat disebut peristiwa monumental dalam sejarah Revolusi Islam. Pendudukan sarang mata-mata Amerika itu terjadi pada tanggal 4 November 1979. Pendudukan Kedubes Amerika oleh para mahasiswa sejatinya bukti kemarahan rakyat Iran atas intervensi Amerika yang telah dimulai sejak Perang Dunia II. Berdasarkan bukti-bukti yang telah dipublikasikan, Tehran menjadi pusat intelijen terbesar Amerika di Timur Tengah sekaligus pusat konspirasi anti Revolusi Islam. Dengan dasar ini pendudukan Kedubes Amerika bukan aksi penyerangan atas sebuah kedutaan asing, tapi langkah legal rakyat Iran dalam koridor mempertahankan negaranya. Aksi pendudukan itu sejatinya mengakhiri kehadiran dan konspirasi Amerika di Iran. Karena perlawanan rakyat Iran senantiasa anti penindasan di dalam negeri dan penjajahan di luar negeri. Tumbangnya rezim Pahlevi di bulan Februari 1979, lembaran penindasan di dalam negeri Iran telah ditutup untuk selamanya. Kehadiran Amerika di Iran juga harus diakhir sehingga citra perlawanan rakyat Iran dapat direalisasikan.
Tanggal
4 November sejatinya simbol sejarah perlawanan rakyat Iran anti sikap campur
tangan kekuatan-kekuatan imperialis. Kini Revolusi Islam Iran telah berusia 32
tahun dan bangsa Iran tetap teguh melawan arogansi imperialisme dunia. Bangsa
Iran tidak sudi tunduk pada politik dikte kekuatan-kekuatan besar. Keteguhan
dan perlawanan menyeluruh bangsa Iran membela hak-hak legalnya dalam
memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai menjadi bukti sikap ini.
Sebaliknya, permusuhan dan kebencian Amerika atas Iran selalu menemui jalan
buntu dihadapan keteguhan rakyat Iran. Namun Amerika tidak tinggal diam, selalu
saja mereka menunjukkannya dengan bentuk yang lain.
Rakyat
Iran memperingati tanggal 4 November sebagai Hari Nasional Perlawanan Anti
Imperialis dan pada saat yang sama politik arogansi dan ikut campur Amerika
menuai kritikan di seluruh dunia. Para pejabat Amerika kini menjadi
pribadi-pribadi paling dibenci di seluruh dunia.
Kenyataan
itu membuktikan transformasi dunia sedang menuju ke arah kesadaran umum
mengenai politik hegemoni para pejabat gedung putih di kancah politik
internasional. Kini tiada hari tanpa unjuk rasa memprotes politik hegemoni
Amerika di berbagai penjuru dunia. Mencermati fenomena ini, mayoritas pengamat
politik internasional menyakini bahwa Presiden Amerika, Barack Obama harus
mengubah citranya di mata internasional. Bila hal ini tidak segera dilakukan, Amerika
akan lebih terisolasi di dunia internasional. Oleh karenanya, perlawanan anti
politik campur tangan Amerika tidak terbatas dengan beberapa negara saja, tapi
telah mendunia.
b.
Imperialisme Ekonomi
Imperialisme hendak menguasai hanya ekonominya saja dari suatu
negara lain. Jika sesuatu negara tidak mungkin dapat dikuasai dengan jalan
imperialisme politik, maka negara itu masih dapat dikuasai juga jika ekonomi
negara itu dapat dikuasai si imperialis. Imperialisme ekonomi inilah yang
sekarang sangat disukai oleh negara-negara imperialis untuk menggantikan
imperialisme politik.
Globalisasi dipahami sebagai gejala ekonomi yang berupa
ekspansi modal dan perdagangan ke seluruh dunia. Pelaku globalisasi adalah
negara-negara industri maju. Dalam rangka penetrasi ekonomi untuk bisa
melakukan dominasi itu, negara-negara maju berusaha mendiskreditkan peran
negara, sebagai tidak efisien dan menindas kebebasan dan demokrasi. Namun di
lain pihak, golongan borjuis justru ingin menguasai negara melalui politik uang
yang berkedok demokrasi.
Jika golongan borjuis melalui partai politik dapat
memenangkan pemilu, maka negara akan berperan sebagai penyelenggara atau
pelayan kepentingan kaum kapitalis-borjuis. Dalam realitas, kedaulatan tidak
lagi dipegang oleh rakyat, melainkan di tangan kaum borjuis. Inilah yang
disebut demokrasi borjuis, dan bukannya “demokrasi kerakyatan”. Kaum borjuis
nasional ini, seperti ditunjukkan oleh negara-negara Amerika Latin, berperan
sebagai komprador dalam melayani kepentingan perusahaan-perusahaan
multinasional.
Disamping itu, globalisasi juga dipahami sebagai kerangka
bagi ekspansi modal ke seluruh dunia. Liberalisasi perdagangan akan
meningkatkan importasi teknologi dan barang modal dari negara industri
maju, dengan baju meningkatkan efisiensi. Kebutuhan importasi ini akan
menyebabkan negara-negara sedang berkembang berhutang luar negeri dari lembaga
donor internasional seperti IMF, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan
negara-negara maju yang kelebihan dana.Tanpa mempergunakan bahan baku dan
teknologi negara maju, negara sedang berkembang tidak mungkin memproduksi
barang yang kompetitif di pasar dunia, karena harga yang lebih mahal dan
kualitas yang lebih rendah, jika mempergunakan barang buatan sendiri. Karena
itu maka negara-negara sedang berkembang dipersilahkan bersaing di pasar bebas
dan menerima hukum pasar bebas dan mengikuti prinsip yang disebut Sri Edi
Swasono sebagai “kedaulatan pasar” dan bukannya “kedaulatan rakyat” yang
merupakan esensi demokrasi ekonomi itu.
Karena itu, globalisasi tidak lain adalah topeng dari
bangkitnya imperialisme ekonomi yang dilancarkan negara-negara Barat melalui
lembaga-lembaga multinasional yang dibentuknya seperti IMF, WTO, dan Bang
Dunia. Melalui lembaga-lembaga itu, negara-negara Barat terus menggerogoti
kedaulatan bangsa, mengendalikan arah kebijakannya, dan merampas
kekayaan-kekayaan bangsanya. Mirisnya, itu semua terjadi di hadapan kita, di
lingkungan kita, dan di negara kita tercinta, Indonesia. Di sinilah letak
pentingnya buku Agenda Mendesak Bangsa: Selamatkan Indonesia! Yang
ditulis oleh M. Amien Rais. Buku itu berusaha menguak dan membongkar jejaring
serta pola kerja imperialisme ekonomi Barat di Indonesia. Tidak hanya itu, buku
ini juga menawarkan agenda yang perlu kita kerjakan bersama.
Kekuatan-kekuatan kapitalis itu membangun sebuah jaringan
ekonomi, keuangan, politik, militer, intelektual dan media massa yang dinamakan
korporatokrasi. Saya berpendapat Indoneisa yang kita cintai bersama, dewasa ini
telah menjadi subordinat dari jaringan korporatokrasi internasional yang memang
dahsyat itu. Berbeda dengan India, China, Malaysia dan lain-lain yang berhasil
mengarungi gelombang globalisasi dan berhasil
menghindari jeratan korporatokrasi internasional, Indonesia
justeru semakin dalam terpasung ke dalam pusaran globalisasi dan
korporatokrasi.
Amin Rais menyoroti pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
yang menurutnya cenderung mewarisi sindrom Amangkurat I & II dalam sejarah
Mataram yang sangat lembek menghadapi VOC dan sangat kompromistis dalam
melacurkan kekuasaan dan kewenangan kraton dengan pihak kompeni. Begitu
halnya dengan Pemerintahan Yudhoyono, menurut Amin Rais, tidak menunjukkan
keberanian untuk mengatakan ‘tidak’ pada tekanan-tekanan korporasi asing,
kompeni-kompeni zaman sekarang.
Padahal pemerintahan Yudhoyono sebagai hasil pilihan
langsung rakyat Indonesia, sesungguhnya mempunyai legitimasi kuat untuk
membebaskan Indonesia dari perangkap korporatokratik yang jelas-jelas menguras
habis-habisan kekayaan Indonesia. Juga diharapkan dapat merintis jalan baru
buat tegaknya kedaulatan ekonomi, kedaulatan politik, dan kedaulatan pertahanan
keamanan kita. Namun sayang, kedaulatan nasional kita justru tergadaikan ke
berbagai korporasi asing.
Selama imperialisme ekonomi itu masih mencengkeram negeri
ini, selama itu pula kita tidak bisa berdaulat, tidak bisa menjadi tuan rumah
di negeri sendiri.
Imperialisme
hendak menguasai jiwa (de geest, the mind) dari suatu negara lain. Dalam
kebudayaan terletak jiwa dari suatu bangsa. Jika kebudayaannya dapat diubah,
berubahlah jiwa dari bangsa itu. Si imperialis hendak melenyapkan kebudayaan
dari suatu bangsa dan menggantikannya dengan kebudayaan si imperialis, hingga
jiwa bangsa jajahan itu menjadi sama atau menjadi satu dengan jiwa si penjajah.
Menguasai jiwa suatu bangsa berarti mengusai segala-galnya dari bangsa itu.
Imperialisme kebudayaan ini adalah imperialisme yang sangat berbahaya, karena
masuknya gampang, tidak terasa oleh yang akan dijajah dan jika berhasil sukar
sekali bangsa yang dijajah dapat membebaskan diri kembali, bahkan mungkin tidak
sanggup lagi membebaskan diri.
Proses degradasi dan regresi yang terjadi
dimulai sejak masuknya budaya asing seiring datangnya bangsa-bangsa asing untuk
tinggal menetap di Bhumi Nuswantara. Keramah tamahan dan kehangatan pribumi
dalam menyambut tamu-tamu asing berbuah aneksasi dan kolonialisasi. Panji-panji
Gold, Glory dan Gospel berkibar di seluruh penjuru Bhumi Nuswantara semata-mata
untuk mengeruk kekayaan alam yang berlimpah hingga menimbulkan kerusakan dan
kebinasaan di seantero negeri.
Kerusakan yang paling parah justru terjadi
pada aspek budaya. Atas nama dakwah dan syi’ar agama, nilai-nilai budaya bangsa
distigma sebagai sesuatu yang penuh berhala, musyrik dan biadab sehingga boleh
dihancurkan atas nama Tuhan. Tata kehidupan sosial yang berlandaskan pada
nilai-nilai budaya lokal menjadi porak poranda dan carut marut. Politik adu
domba dan pecah belah yang penuh dengan intrik dan tipu muslihat direkayasa
untuk menghasilkan silang sengketa antar anak bangsa sebagai upaya penumpasan
terhadap berbagai kemungkinan adanya potensi perlawanan.
Seiring berjalannya waktu, dengan semakin
tingginya tingkat kemajuan ilmu pengetahuan, proses dan teknik penghancuran
terhadap bangsa ini jauh semakin canggih dan elegan pula. Pilihan-pilihan cara
yang opresif dan represif tak lagi digunakan berganti dengan cara-cara yang
lebih mengedepankan pendekatan humanitarian. Proses cuci otak dan indoktrinasi
melalui rekayasa sosial menjadi pilihan utama untuk bisa membuat bangsa ini
tunduk dan takluk dibawah imperialisme budaya bangsa-bangsa asing.
Rekayasa sosial melalui proses cuci otak dan
indoktrinasi yang dilakukan dengan melalui sistem kelembagaan formal yang sudah
diformat sedemikian rupa untuk menjalankan program-program yang sudah memang
dipersiapkan sebelumnya. Lembaga pendidikan dan media massa adalah dua alat
yang sangat potensial untuk bisa mencetak manusia-manusia baru Indonesia yang
bersikap dan berperilaku sesuai dengan standar spesifikasi yang mereka
tentukan.
Lembaga pendidikan bertugas untuk
menginstalasi pola dan struktur berpikir dengan dalil dan aksioma rasional yang
tertabulasi dalam satuan-satuan logika kuantitatif sebagai pisau analisa yang
digunakan dalam melakukan setiap upaya penuntasan masalah.
Sementara media massa bertugas untuk
memproduksi tontonan dan hiburan yang mampu menghipnosis alam bawah sadar agar
bergaya hidup sebagai penyembah dan penghamba kesenangan duniawi yang
berorientasi pada harta, ketenaran dan segala sesuatu yang bersifat kebendaan.
Dari dua lembaga sosial-budaya tersebut
lahirlah anak-anak bangsa yang tak lagi mengenal nilai-nilai budaya bangsanya.
Maka tak heran jika saat ini bangsa yang pernah mengalami kejayaan dan
kegemilangan di masa lalu telah mengalami keterpurukan yang luar biasa di
berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Suka atau tidak, bangsa ini adalah bangsa
yang telah kehilangan jati dirinya sebagai sebuah bangsa. Sebuah bangsa yang
begitu bangga menjadi subordinasi dari imperialisme budaya bangsa lain
C. Sebab-sebab Imperialisme
1. Keinginan untuk menjadi jaya, menjadi bangsa yang
terbesar di seluruh dunia (ambition, eerzucht). Tiap bangsa ingin
menjadi jaya. Tetapi sampai dimanakah batas-batas kejayaan itu ? Jika
suatu bangsa tidak dapat mengendalikan keinginan ini, mudah bangsa itu menjadi
bangsa imperialis. Karena itu dapat dikatakan, bahwa tiap bangsa itu mengandung
benih imperialisme.
2. Perasaan sesuatu bangsa, bahwa bangsa itu adalah
bangsa istimewa di dunia ini (racial superiority). Tiap bangsa mempunyai
harga diri. Jika harga diri ini menebal, mudah menjadi kecongkakan untuk
kemudian menimbulakan anggapan, bahwa merekalah bangsa teristimewa di dunia
ini, dan berhak menguasai, atau mengatur atau memimpin bangsa-bangsa lainnya.
3. Hasrat untuk menyebarkan agama atau ideologi dapat
menimbulkan imperialisme. Tujuannya bukan imperialisme, tetapi agama atau
ideologi. Imperialisme di sini dapat timbul sebagai "bij-product"
saja. Tetapi jika penyebaran agama itu didukung oleh pemerintah negara, maka
sering tujuan pertama terdesak dan merosot menjadi alasan untuk membenarkan
tindakan imperialisme.
4. Letak suatu negara yang diangap geografis tidak
menguntungkan. Perbatasan suatu negara mempunyai arti yang sangat penting bagi
politik negara.
5. Sebab-sebab ekonomi. Sebab-sebab ekonomi inilah yang
merupakan sebab yang terpenting dari timbulnya imperialisme, teistimewa
imperialisme modern.
1.
Keinginan
untuk mendapatkan kekayaan dari suatu negara
2.
Ingin
ikut dalam perdagangan dunia
3.
Ingin
menguasai perdagangan
4.
Keinginan
untuk menjamin suburnya industry
D. Akibat
Imperialisme
1. Akibat politik
1. Terciptanya tanah-tanah jajahan
2. Politik pemerasan
3. Berkorbarnya perang kolonial
4. Timbulnya politik dunia (wereldpolitiek)
2.
Akibat
Ekonomis
1. Negara imperialisme merupakan pusat kekayaan, negara jajahan lembah
kemiskinan
2. Industri Imperialisme menjadi besar, perniagaan bangsa jajahan lenyap
3. Perdagangan dunia meluas
4. Adanya lalu-lintas dunia (wereldverkeer)
5. Kapital surplus dan penanamna modal di tanah jajahan
1. Imperialisme hidup mewah
sementara yang dijajah serba kekurangan
2. Imperialisme maju, yang dijajah
mundur
3. Rasa harga diri lebih pada bangsa penjajah, rasa
harga diri kurang pada bangsa yang dijajah
4. Segala hak ada pada imperialisme, orang yang dijajah tidak memiliki hak apa-apa\
5. Munculnya gerakan Eropa-isasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imperialisme
ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk kepentingan
diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya. "Menguasai"
disini tidak perlu berarti merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat
dijalankan dengan kekuatan ekonomi, kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan. Imperium disini
tidak perlu berarti suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi dapat berupa
daerah-daerah pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri. Apakah beda
antara imperialisme dan kolonialisme ? Imperialisme ialah politik yang dijalankan mengenai
seluruh imperium. Kolonialisme ialah politik yang dijalankan mengenai suatu koloni, sesuatu bagian dari imperium jika imperium
itu merupakan gabungan jajahan-jajahan.
B. Saran
Telah kita ketahui bersama dampak-dampak dari
pada imperialisme baik yang menyentuh
elemen tertentu, baik dampak yang
sangat meluas. tidak sesuai dengan hati
nurani, sangat merugikan banyak pihak,
tidak berpri kemanusiaan, bahkan menyisakan
bekas yang mendalam kepada generasi-generasi setelah terjadi nya
imperium suatu pemimpin.
Dan imperialisasi bukan hanya di bidang
tertentu,bahkan dalam aspek agama bisa terjadi suatu imperialisasi, generasi
pemuda lah yang seharusnya menyadari akan bahaya dari imperialisasi yang sangat
kejam, dan tercela itu.
Dan imperialisasi harus dengan segera di bumi
hanguskan, pemimpin yang baik dan
pemerintahan yang baik bisa menjadi roda terdepan dalam mengikis tindak
ketidakmanusiaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Soebantardjo, Sari Sedjarah Jilid I: Asia - Afrika, Penerbit BOPKRI,
Yogyakarta 1960
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/05/03/pengaruh-kolonialisme-dan-imperialisme-di-indonesia-1-perlawanan-rakyat-2-perkembangan-agama-kristen/